Langsung ke konten utama

Penyusunan Tes Bahasa


PENYUSUNAN TES BAHASA

Dosen Pengampu:
M. Bayu Firmansyah S.S, M.Pd.



Disusun oleh:
Puji Ayu S            (16188201043)

STKIP PGRI PASURUAN
Jl. Ki Hajar Dewantara No.27-29 Pasuruan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Tahun Akademik 2018/2019



PENYUSUNAN TES BAHASA



Langkah-langkah penyuusunan tes meliputi sembilan langkah berikut : (1) menyusun tujuan tes, (2) penyusunan kisi-kisi tes, (3) menulis soal tes, (4) menelaah soal tes, (5) melakukan uji coba tes, (6) menganalisis butir tes, (7) memperbaiki tes, (8) merakit tes, (9) melaksanakan tes, dan (10) menafsirkan hasil tes.

1.      Menentukan Tujuan Tes
Tujuan tes sangat penting karena setiap tujuan memiliki penekanan yang berbeda=beda. Misalnya tujuan tes prestasi belajar, diagnosis, atau seleksi. Contoh untuk tujuan prestasi belajar, lingkup materi/kopetensi yang ditanyakan/diukur disesuaikan seperti untuk kuis/ kopetensi yang lalu, pertanyaan lisan dikelas, ujian harian, tugas individu/kelompok, ulangan semester, ulangan di kelas,  ulanagna kenaikan kelas, laporan kerja praktek/laporan praktikum, ujian praktik.
Ditinjau dari tujuannya, ada empat macam tes yang digunakan di lembaga pendidikan, yaitu (1) tes penempatan, (2) tes diagnostik, (3) tes formatif, (4) tes sumatif. Sistem peni;aian berbasis kompetesni pada umumnya menggunakan tes diagnostik. Formatif, dan sumatif.

2.      Menyusun Kisi-Kisi Tes
Kisi-kisi merupakan matrik yang berisi spesifikasi soal-soal yang akan dibuat. Kisi-kisi ini merupakan acuan bagi penulis soal, sehingga siapapun yang menulis soal akan menghasilkan sial yang isi dan tingkat kesulitan relatif sama. Kisi-kisi selaub berfungsi sebagai pedoman penulisan soal juga digunakan sebagai pedoman perakitan soal. Syarat kisi-kisi antara lain, (1) harus mewakili kurikulum, (2) ditulis dengan singkat dan jelas, (3) soal dapat sidudun sesuai dengan bentuk soal. Matriks kisi-kisi soal terdiri dari dua jalur, yaitu kolom dan baris.

3.      Menulis Soal Tes
Sebelum soal-soal tes disusun, terlebih dahulu ditentukan jumlah butir ts yang akan dibuat. Dasar penentuan jumlah butir tes adalah jenis dan bentuk tes yang digunakan. Untuk jenis tes objektif diperlukan jumlah butir tes yang jauh lebih besar daripada tes non-objektif. Setelah ditetapkan jumlah butir tes yang harus dipersiapkan sesuai dengan jenis dan bentuk tes yang akan dipergunakan, selanjutnya dilakukan penulisan butir-butir tes.

4.      Menelaah Soal Tes
Butir-butir dari suatu tes yang telah disiapkan harus ditelaah dulu sebelum digunakan. Cara menelaah butir-butir tersebut adalah (1) tekaah secara kualitatif, yakni telaah oleh teman sejawat dalam rumpun keahlian yang sama; (2) telaah secara kuanlitatif, yakni analisis berdasarkan hasil uji coba atau hasil penggunaan tes, dilakukan setelah tes diuji coba atau digunakan. Hasil telaah ini merupakan masukan untuk perbaikan tes. Selanjutnya hasil tes dianalissi untuk mengetahui kompetensi dasar yang dicapai dan yang belum dicapai. Telaah butir tes dapat dilakukan terhadap rana materi, ranah konstruksi, dan ranah bahasa.

5.      Melakukan Uji Coba Tes
Sebelum digunakan pada objek yang sesungguhnya, tes yang telah selesai disusun butir-butirnya tersebut hendaknya diuji coba terlebih dahulu. Tujuan uji coba adalah untuk mengukur validitas dan reliabilitas. Uji validitas dimaksudkan untuk mencari kesesuaian tes dengan kemamouan yang akan diukur. Uji reabilitas dimaksudkan untuk melihat kemampuan tes tersebut melakukan pengukuran dengan tingkat keajekan tertentu.

6.      Menganalisis Butir Soal Tes
Setelah sebuah tes diujicobakan, selanjutnya dianalisis tiap butirnya. Untuk tes buatan gutu yang tidak melalui lanhkah uji coba, maka setelah tes digunakan maka guru dapat melakukan analisis butir soal. Apabila hal ini sering dilakukan kemampuan guru dalam membuat tes yang baik akan tercapai. Untuk mendapatkan soal yang baik, maka oerlu dilakukan analisis soal. Secara garis bed=sar dapat dikatakan bahwa ada dua cara menganalisis sial, yaitu analisis soal secara teoritik atau kualitatif dan analisis soal secara empiris atau analisis soal secara kualitatif.

7.      Memperbaiki Tes
Setelah seluruh butir tes/soal ditelaah dari ranah materi, konstruksi, dan bahasa; dan telah dianalisis derajat kesukaran dan daya bedanya, kemudian dikelompokkan mnejadi tiga yakni, (1) bitur-butir tes yang dianggap baik atau diterima, (2) butir-butir tes yang tidak baik atau ditolak, dan (3) butir-butir tes yang kurang baik, dipernaiki.

8.      Merakit Tes
Dalam merakit tes, butir-butir soal dapat dikelompokkan menurut urutan kopetensi dasar, taraf kesukaran, dan format (komposisi soal). Ururtan soal pada tiap kopetensi dasar diuraikan menurut tingkat kesulitanya, mulai dari yang mudah ke yang sulit. Berdasarkan format, uraian soal dimulai dari bentuk isian singkat, kemudian pilihan ganda, dan terakhir uraian.

9.      Melaksanakan Tes
Setelah soal dirakit, selanjutnya dilaksanakanlah tes yang sesungguhnya. Untuk tes yang dilakukan di kelas, pelaksanaannya dapat dikatakan sederhana karena segala sesuatunya cukup mudah diatur. Beberapa kondisi fisik yang perlu mendapat perhatian ialah jarak tempat duduk, cahaya, ventilasi, ketenangan, serta gangguan-gangguan yang mungkin timbul. Disamping kondisi fisik, yang perlu mendapat perhatian lagi ialah kondisi psikis siswa. Dalam menghadapi testing umumnya timbul rasa khawatir, kecemasan, bahkan rasa takut karena kurang persiapan, ketakutan akan gagal, tidak dapat menjawab dengan baik, dan sebagainya. Tugas guru ialah membantu menghilangkan perasaan cemas dan takut tersebut dangn menjelaskan bahwa hasil tes digunakan untuk mengembangkan proses belajar mengajar, waktu yang disediakan memadai, materi soal diambil dari pelajaran sehari-hari, dan sebagainya.

10.  Menafsirkan Hasil Tes
Setelah tes dilakukan langkah selanjutnya adalah melakukan penilaian terhadap hasil tes, yang sebelumnya lembar hasil pelaksanaan evaluasi harus diperiksa kelengkapannya. Hasil pemeriksaan terhadap tes tersebut selanjutnya diwujudkan dalam bentuk skor. Hasil daru suatu pengukuran dengan tes tersebut belum banyak memiliki arti sebelum dibandingkan dengan standar atau patokan yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena itu untuk memberikan arti pada suatu hasil pengukuran perlu adanya ‘penilaian’. ‘Penilaian’ adalah suatu proses membandingkan hasil pengukuran dengan patokan/kriteria/norma tertentu. Hasil dari penialian berupa keputusan-keputusan seperti sangat baik-baik-cukup-kurang, naik-tidak naik. Ada dua acuan yang digunakan yang digunakan untuk menilai, yaitu penilaian acuan patokan )PAP) dan penilaian acuan nroma (PAN).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANALISIS WACANA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA

ANALISIS WACANA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA Dosen Pengampu: M. Bayu Firmansyah, M.Pd Disusun oleh: Puji Ayu Sukmaningtyas (16188201043) STKIP PGRI PASURUAN Jl. Ki Hajar Dewantara No.27-29 Pasuruan Tahun Akademik 2017/2018 Kata pengantar             Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyeles aikan makalah yang berjudul ” ANALISIS WACANA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA “ Dalam pembuatan makalah ini mulai dari perancangan, pencarian bahan, sampai penulisan, penulis mendapat bantuan, saran, petunjuk, dan bimbingan dari banyak pihak baik secara langsung   maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih   dan kepada teman-teman yang ikut berpartisipasi dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan dan jauh dari ...

Pendekatan Linguistik Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

“ PENDEKATAN LINGUISTIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA ” Dosen pembimbing : M. Bayu Firmansyah, M.Pd Disusun Oleh : Nama : Puji Ayu Sukmaningtyas NIM : 16188201043 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI PASURUAN Jl. Ki Hajar Dewantara No. 27-29 Pasuruan 2016-2017 A. Pendekatan Linguistik Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia    Pembelajaran bahasa Indonesia diberikan di sekolah dengan tujuan agar peserta didik dapat berbahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan berbahasa ini penting bagi peserta didik untuk mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran di sekolah, karena bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar untuk seluruh kegiatan belajar mengajar di sekolah hingga perguruan tinggi. Peserta didik yang tidak menguasai bahasa Indonesia akan mengalami kesulitan dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Oleh karena itulah ilmu linguitik dipe...

Berbahasa Secara Komunikatif dan Santun

BERBAHASA SECARA KOMUNIKATIF DAN SANTUN Dosen Pengampu: M. Bayu Firmansyah, M.Pd Disusun oleh: Puji Ayu Sukmaningtyas (16188201043) STKIP PGRI PASURUAN Jl. Ki Hajar Dewantara No.27-29 Pasuruan Tahun Akademik 2017/2018 Kata pengantar             Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyeles aikan makalah yang berjudul ” BERBAHASA SECARA KOMUNIKATIF DAN SANTUN “ Dalam pembuatan makalah ini mulai dari perancangan, pencarian bahan, sampai penulisan, penulis mendapat bantuan, saran, petunjuk, dan bimbingan dari banyak pihak baik secara langsung   maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih   dan kepada teman-teman yang ikut berpartisipasi dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kesem...